Selasa, 07 Mei 2013


Sihir Wanginya Dunia

“DUNIA…Dunia…Dunia sudah tua, dan mirip perempuan tua yang sudah renta…kok terus diuber-uber, dikejar, dikawini, dicumbui…..” kata Dulkamdi sambil geleng-geleng kepala.
“Kita kan masih di dunia Dul…” sahut Cak San sambil menyeduh kopi, aromanya menyelimuti seluruh kedai.
“Ya, Cak… Hmmm… Baunya memang harus menurut hidung dan nafsu. Tapi begitu busuk menurut ciuman hati… hmmm” kata Dulkamdi sembari meleguhkan nafas panjang.
“Kalau tidak begitu, kita tidak akan sempurna Dul…”
“Bener juga sampean Cak…”
Pardi membawa sebuah kitab gundhul yang ada harakatnya. Dulkamdi penasaran.
“Kamu bisa baca to Di?”
“Ya nggak bisa, tapi dengan membawa kitab ini siapa tahu ada barokahnya, he..he..he..”
“Jadi?”
“Ya tunggu saja, siapa tahu ada yang bisa menjelaskan, paling tidak membaca dan mengartikan…”
Tangan Kang Soleh lalu menyahut kitab kuning yang dibawa Pardi. Kang Soleh hanya manggut-manggut. Langsung saja ia buka tanpa babibu, dan dengan nerocos dibacakan isi kandungan kitab karya Syeikh Abdul Qadir al-Jilany, Fathurrabbany:
“Sebuah kisah dari Nabi Isa As, bahwa beliau ketika mencium aroma wangi, maka beliau menutup hidungnya, lalu berkata, “Ini bau dunia”. Kalimat ini benar-benar menjadihujjah bukti bagimu.
Wahai orang yang mengaku zuhud dengan kata dan tindakan, kalia menggunakan pakaian zuhud, sementara batinmu dipenuhi dengan hasrat ambisi dan keluhan dunia. Jika kalian memakai pakaian zuhud itu sementara kalian tampakkan rasa suka dalam hatimu, maka kalia lebih mencintai sesuatu yang lebih berat di banding kemunafikan.
Orang yang zuhud dalam dirinya menerima apa yang menjadi bagiannya dari Allah Ta’ala. Pakaiannya hanya pada lahiriahnya, tetapi batinnya penuh dengan kezuhudan. Dan apalagi Nabi kita Sayyidina Muhammad SAW lebih zuhud ketimbang nabi Isa As, lebih zuhud ketimbang para Nabi As, hanya saja beliau bersabda, “Aku diberi rasa senang dari dunia ini tiga hal: Wewangian, Perempuan, dan dijadikan kesejukan matahatiku di dalam shalat”.
Rasulullah SAW, mencintai tiga hal, disertai dengan kezuhudannya dalam hal itu dan pada hal-hal lainnya. Karena itulah bagian yang diberikan Allah Ta’ala kepadanya. Beliau meraihnya karena menjalankan perintah-Nya, dan menjalankan perintah itu merupakan ketaatan  kepada-Nya. Siapa pun yang meraih semua itu seperti Nabi SAW, maka dinilai sebagai ketaatan, walaupun terbelit oleh bungkus dunia.
Wahai orang yang zuhud di atas telapak kebodohan. Dengarkan dan jujurlah pada dirimu sendiri, jangan dusta. Anda semua tahu hal itu jangan sampai mengembalikan dirimu pada kebodohanmu.
Orang yang bodoh selalu mengandalkan pikirannya sendiri, mengikuti selera hawa nafsunya dan setannya. Ia adalah budak iblis dan telah menjadikan iblis sebagai gurunya.
Hai orang bodoh, hai munafik, betapa zalimnya hatimu, betapa memuakkan baumu, betapa banyaknya ocehanmu, bertobatlah kalian dari semua itu. Tinggalkan perbuatan melukai Allah, para wali-Nya, agar Dia mencintaimu dan kalian mencintai-Nya. Jangan kontra dengan mereka itu atas apa yang diberikan, karena mereka meraihnya tidak sama sekali dengan dorongan nafsu. Mereka sangat mencintai Allah, lebih merindukan-Nya, berpaling lahir batin dari segalanya selain Allah. Mereka telah mendapatkan bagian rejeki sesuai takdir dimana mereka harus meraihnya. Bencana terbesar bagi mereka manakala mereka bangkit ambisi duniawi, mereka senang di dunia, menggunakan pakaian kemewahan dunia di samping melihat pada orang-orang yang mendustakan Allah.
“Subhanallah… kok pas ya Kang dengan apa yang saya sebut-sebut tadi…”
“Yang ngepaskan ya Gusti Allah, bukan kita dan anda…”
Pardi dan Dulkamdi hanya mlongo kaya kerbau…

Sumber :  Kedai Sufi
Oleh : Mohammad Luqman Hakiem - Cahaya Sufi Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar