Jumat, 10 Mei 2013

Kang Parmin Naik Haji

Menjelang keberangkatan para Calhaj, kedai Cak San terus menjadi ajang diskusi
soal Haji. Soal pengalaman aneh2di tanah suci, sampai berbagai penderitaan
akibat ulah para oknum kelompok di tanah air. Tetapi bagi Kang Parmin,
pengalaman naik haji ditahun silam justru lain. Kang Parmin tergolong manusia
langka yg datang ke kedai itu. Kadang2 saja, dua bulan sekali ia menongolkan
kepalanya, sambil mencari obat kangen kedai kopi Cak San. Pardi paling
bersemangat kalau menanyakan pengalaman Kang Parmin. "Saya dulu naik haji, saya
niati untuk plesiran, dharmawisata lah..." kata Kang Parmin.
"Wisata bagaimana
Kang?" "Pokoknya santai-santai, pelesiran lah.." "Ini bisa kacau...Orang lain
niat ibadah, sampean malah pelesiran!" "Lah biar saja too, itu khan urusan saya.
Saya bayar lunas kok.." Pardi bengong tidak mengerti ucapan Kang Parmin yang
aneh ini. Rasanya ia jengkel, sekaligus ingin tertawa. "Saya cocok sama sampean
Kang". kata Dulkamdi tiba2. "Cocok gundhulmu atos, Dul!" Sela Pardi. "Pokoknya
saya cocok. Soal kamu tidak cocok, itu bukan urusan saya!" jawab Dulkamdi seenak
udelnya. Pardi pusing tujuh keliling. Sambil memijat-mijat keningnya, Pardi tak
bisa mencerna apa makna dua statemen kontroversial itu. "Naik haji kok
pusing-pusing, Di. Kita ini mau jadi tamu Allah. Ya sudah..." sahut Kang Soleh
menengarai. " Saya setuju soal tamu Allah. Tapi soal plesiran itu edan! Kang..."
"Salah kamu sendiri, menganggapnya edan. Kan dengan cara pelesiran itu, jiwa
seorang tamu Allah menjadi ringan, bebas dan penuh luapan cinta..." Semuanya
jadi heran dengan pendapat Kang Soleh. Tapi mereka juga membenarkan. Namun Pardi
tetap penasaran pada Parmin. "Kang Parmin, apa benar begitu, sampean lebih
santai, lebih mencintai Allah dengan niat pelesiran itu..." "Begini saja, Di.
Saya naik haji dengan niat pelesiran. Sebagai tamu, rasanya akan santai dan
enak, dan tentu kalau penerima tamu melihat kita seperti itu, hatinya kan
gembira. Sejak dulu sampai kapan saja Allah itu tidak pernah berubah, Di. Di
Mekkah atau disudut Ka'bah, atau disudut kedai ini, nggak ada bedanya Di." Pardi
melotot tak berkedip. Semuanya jadi tertawa atas ucapan Parmin dan ketololan
Pardi. Tapi Pardi mulai paham. "Kang, sampean ini memang dahsyat, luar biasa.."
Ucap Pardi menepuk punggung Kang Parmin. Sementara Parmin tetap melongo kayak
kerbau, karena lugunya.

Sumber :  Kedai Sufi
Oleh : Mohammad Luqman Hakiem - Cahaya Sufi Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar