Rabu, 08 Mei 2013

   Iblis Tidak Lengah

Kang Soleh kelihatan seperti orang demam pagi itu, walau suhu sebenarnya sangat panas, disbanding pagi-pagi sebelumnya.

“Demam, Kang?” tanya Pardi
“Nggak tahu nih, menggigil banget rasanya. Tapi demam juga nggak, cuma serasa seluruh bumi bergetar….
Pardi menyerap napas dalam-dalam sambil mengira-ngira apa yang sedang dirasakan Kang Soleh.
“Untung saya nggak tahu Kang…” celetuk Pardi.
“Tapi kamu harus tahu, Di…”
“Apa Kang? Gawat nggak..?
“Sangat!”
“Tentang….?”
“Tentang Iblis!”

Lalu Kang Soleh membuka sebuah kitab, tentang akhlak para ulama salaf yang saleh

. Ia bacakan di hadapan Pardi. “Di antara akhlak mereka adalah tidak lengah memerangi iblis dan senantiasa waspada terhadap bisikan dan tipu dayanya. Sikap ini diabaikan oleh kebanyakan orang sekarang. Karena iblis tidak pernah lengah mencari kesempatan untuk menyesatkan kita, maka seharusnya kita tidak boleh lengah terhadap godaannya yang membawa pada murka Allah.
Dalam hadis dikatakan bahwa iblis menempatkan singgasananya di atas laut dan mengirim pasukannya untuk menyesatkan manusia sesuai dengan kedudukannya, yang paling tinggi berarti yang paling besar fitnahnya bagi manusia.
Wahab bin Munabbih berkata bahwa iblis berkata: “Ya Tuhan, tidaklah Engkau tahu bagaimana cinta hamba-hambaMu kepada Engkau, namun demikian mereka menentangMu dan banyak membenciku, tetapi justru banyak menurutiku?” Lalu Allah (SWT) bertitah kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku telah memberi ampunan kepada mereka atas sikap banyak menentang terhadapKu dengan cinta mereka kepadaKu, dan Aku memaafkan sikap mereka banyak menuruti iblis dengan banyak membenci terhadapnya.”
Fadhail bin Iyadh berkata bahwa apabila iblis berhasil terhadap anak Adam dalam tiga hal, maka ia berkata: “Aku tidak menginginkan dari dia selain itu, yaitu kagum pada diri sendiri, menganggap banyak akalnya, dan lupa akan dosa-dosanya.” Dalam riwayat lain, “Satu dari empat hal yaitu, bertambah puas dan ini yang terbesar, sebab yang tiga berasal dari itu.”
Wahab bin Munabbih berkata: “Janganlah kalian memusuhi secara terang-terangan, tetapi menurutinya secara diam-diam karena setiap orang yang tetap bermaksiat, setan pun tetap menjadi pendampingnya.”
“Wah, kita harus waspada dhonk!”
“Ya…! Kata Kang Soleh masih terus menggigil.
“Jadi gimana, Kang?”
“kita harus yakin bahwa setan itu musuh kita dan tak pernah lengah untuk menggoda kita dengan segala caranya…”
Kemudian Kang Soleh melanjutkan membaca isi kitab itu.
“Muhammad bin Wasi’ pernah berjalan dalam kegelapan malam ke masjid. Lalu tiba-tiba muncul setan dalam bentuk seorang manusia yang membawakan sebuah lampu untuknya. Malam itu begitu dingin dan gelap. Seorang perempuan melihatnyadari jendela lalu berkata: “Betapa kejam hati pemuda ini, merepotkan orang tua denganmembawakan lampu di malam seperti ini!” Muhammad bin Wasi’ mendengarnya lalu berkata: “Biarkan ia menyusahkan diri, Allah pasti akan menyusahkannya!” Iblis itu menyadari bahwa ia mengetahuinya lalu segera menghilang melarikan diri.
Dikisahkan bahwa iblis menemui al-Junaid dalam bentuk manusia dengan penampilan pelayan syekh dan berkata: “Tuanku, sesungguhnya aku ingin mengabdi kepada Engkau, mudah-mudahan aku mendapat barakahmu.” Iblis ini tetap berupaya memperdayakannya selam kurang lebih dua puluh tahun, tetapi tidak dapat menemukan jalan yang dapat dilalui untuk masuk. Ketika hendak pergi iblis berkata: “Tidakkah Anda tahu siapa aku?” Ia menjawab “Aku telah mengetahui siapa kamu sejak awal, hai terlaknat!”
Kang Soleh hanya geleng kepala, lalu ia lepaskan selimut sarungnya, seperti seorang pemuda yang hendak cancut tali wondho. Tiba-tiba ia bersemangat, bergegas seperti hendak melakukan perlawanan…
Sumber :  Kedai Sufi
Oleh : Mohammad Luqman Hakiem - Cahaya Sufi Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar